Responsive Ads Here

Minggu, 17 April 2016

Selamatan Nusantara






( Magetan, 17/4/2016 ) Selamatan sebenarnya berasal dari akar kata “ selamat “ namun istilah selametan menjadi tren turun temurun sebagai budaya di tanah air nusantara, khususnya di tanah Jawa. Yang mempunyai makna berkumpul bersama untuk memohon kepada Alloh agar dilimpahi keselamatan dalam berbagai aspek kehidupan, dan dari aktifitas berkumpul itulah kemudian berkembang menjadi acara jamuan paska berdoa, dan sangat dipahami bahwa budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan, maka jamuan itupun disajikan dalam bentuk kebersamaan berupa tumpeng, yakni nasi dalam volume yang cukup banyak dibentuk seperti gunungan, dan disekelilingnya diletakkan berbagai macam lauk pauk agar santapan menjadi bercita rasa.

Budaya slamtean itulah oleh PCNU Magetan digelar secara massal, dalam rangka peringatan Harlah NU ke 93/2016, bertajuk “ Selamatan Nusantara “  dengan menghadirkan 1926 tumpeng sebagai simbul tahun kelahiran NU.

Bertempat di GOR Ki Mageti Magetan, ribuan Nahdliyyin nahdliyyat menghadiri Selamatan Nusantara, Ahad 17 April 2016, diantara tumpeng-tumpeng ukuran sedang itu terdapat sebuah tumpung raksasa setinggi 3 meter, tampak dikawal banser memasuki arena slamatan dengan khidmat, diiringi sholawatan yang menggema di GOR Kebanggaan masyarakat Magetan itu.

Acara semakin semarak dengan hadirnya Marwan Jakfar menteri Pengembangan Desa, yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa NU merupakan organisasi sosial keagamaan yang masih tetap dan akan terus mempertahankan keutuhan NKRI.

Bupati Magetan, DR.H.Sumantri,MM yang sekaligus sebagai mustasyar NU Magetan menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya berbagai even dalam rangka memperingati Harlah NU yang ke 93 tahun 2016.

Sebelum tumpeng –tumpeng disantap bersama sebagai apresiasi kebersamaan, Syuriah PBNU menyampaikan mauidhah Hasanah tentang pentingnya mempertahankan amaliyah Nahdliyyah yang telah diletakkan pondasinya oleh para pendiri NU, sehingga warga NU tidak kehilangan jati dirinya dalam perkembahan kebudayan yang semakin majemuk. (YKM)

Tidak ada komentar: